Jumat, 02 April 2010

ANAK & MATERNITAS

BERAT BADAN LAHIR RENDAH TAK SELALU DIRAWAT DI RS
Keputusan dirawat atau tidak tergantung pada kondisi bayi, termasuk kematangan organ-organ tubuhnya.
Kriteria bayi berat badan lahir rendah (BBLR), menurut dr. Keumala Pringgardani, SpA, adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. Penetapan angka tersebut berkaitan dengan pertumbuhan janin yang sesuai dengan masa gestasi (usia kehamilan yang normal ) "Umumnya bayi yang normal beratnya badannya telah mencapai 2500 gram pada usia kehamilan sekitar 38 minggu," ujar spesialis anak dari Klinik Fertilitas dan Menopause SamMarie, Jakarta ini. Usia kehamilan yang normal sendiri berkisar antara 38-42 minggu.
BBLR sendiri bisa dibagi menjadi bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu dengan berat lahir 100-1500 gram dan berat badan lahir amat sangatrendah (BBLASR) yaitu dengan berat lahir kurang 1000 gram.
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. "Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang."
TAK HARUS SELALU DIRAWAT
Menurut Spesialis Anak yang memiliki minat khusus pada bidang perinatologi ini, kasus bayi dengan BBLR tidak selalu membutuhkan perawatan di rumah sakit dalam jangka waktu yang lama, hal ini tergantung pada kondisi bayi itu sendiri. Bila fungsi organ-organ tubuhnya baik dan tidak terdapat gangguan seperti gangguan pernapasan dan bayi dapat mengisap dengan baik, maka bayi bisa dibawa pulang.
"Contohnya, bayi cukup bulan dengan berat kurang dari 2.500 gram, walau beratnya kurang tapi organ-organ tubuhnya sudah matang. Kalau dia aktif mengisap susu dengan baik dan tidak mengalami gangguan pernapasan biasanya tak perlu perawatan di rumah sakit," ujar Keumala.
Namun, lain halnya dengan kasus bayi prematur. Akibat ketidakmatangan organ-organ tubuhnya terutama organ paru-paru dan jantung, bayi pun menghadapi risiko ketidakmampuan bertahan dan beradaptasi terhadap lingkungan yang sangat besar. Padahal kedua organ ini sangat menentukan kehidupan awal bayi.
Bayi kembar pun termasuk bayi berisiko tinggi. Bila BB-nya cukup dan organ-organ tubuhnya matang tentu tak perlu perawatan khusus. Namun jika kurang dari itu, tentunya mereka perlu dimonitor di rumah sakit.
Patut diketahui, bayi BBLR sering tidak memperlihatkan tanda-tanda gangguan secara jelas "Makanya banyak orang tua yang tidak tahu kalau bayinya sakit karena bayi tampak tenang, enggak rewel atau sering menangis dan bayi banyak tidurnya. Padahal, bayi yang tidak menangis atau kelihatan tenang malah berbahaya karena sedang dalam keadaan sakit."
PENANGANAN DI RS
Cara penanganan bayi BBLR di rumah sakit, sekali lagi, tergantung kondisi masing-masing. Namun, sebagai gambaran, setelah dilahirkaan bayi dengan BBLR akan segera diperiksa fungsi organ-organ tubuhnya terutama paru-paru dan jantung.
Sebelum mencapai berat yang cukup, bayi BBLR biasanya memerlukan perawatan intensif dalam inkubator. Salah satu penyebabnya, bayi bertubuh kecil sangat sensitif terhadap perubahan suhu. Oleh sebab itulah, ia perlu masuk kotak kaca yang bisa diatur kestabilan suhunya. "Kulit bayi-bayi kecil masih tipis sehingga dari tubuhnya mudah terjadi penguapan panas. Kalau penguapan panasnya berlebihan, bayi akan mengalami hipotermi atau temperatur badannya turun sangat rendah sehingga ia sangat mudah kehabisan tenaga."
Pemberian alat bantu pernapasan juga dilakukan bila terdapat indikasi. Untuk indikasi ringan, bayi hanya akan diberi oksigen. Sebaliknya jika berat dapai sampai diberi ventilator atau alat bantu pernapasan. Infus juga akan diberikan untuk masukan cairan dan obat-obatan bila diperlukan. Bayi-bayi kecil biasanya belum mampu mengisap dengan baik karena itu pemberian minumnya berupa ASI atau susu formula khusus untuk BBLR bila ASI ibu belum keluar dilakukan melalui pipa lambung dan diberikan secara bertahap sampai jumlah kebutuhannya terpenuhi. "Asi merupakan makanan utama dan terbaik untuk BBLR."
Menurut Keumala, tidak ada patokan pasti untuk lama perawatan bayi BBLR di rumah sakit. Bayi dengan berat 1.000 gram, misalnya, memerlukan perawatan saksama dan bertahap sehingga bisa satu bulan lebih harus berada dalam inkubator.
Jadi, lama perawatan lebih ditentukan oleh kemampuan bayi beradaptasi dengan lingkungan, seperti tidak ada lagi gangguan pernapasan, suhu tubuh telah stabil dan bayi sudah punya refleks isap dan menelan yang baik. "Sebelum pulang, bayi sudah harus mampu minum sendiri dengan botol maupun dengan puting susu ibu. Selain itu kenaikan berat badannya telah berkisar 10-30 gram/hari dan suhu tubuh tetap normal di ruangan biasa. Bayi juga tidak menderita gangguan pernapasan lagi dan tidak membutuhkan oksigen serta obat-obatan yang diberikan melalui pembuluh darah atau infus," jelas Keumala.
PERAWATAN DI RUMAH
Yang paling penting, orang tua terutama ibu secara fisik dan psikologis mesti mampu dan siap merawat bayinya di rumah. Kuasai cara memberi ASI dengan benar, cara memandikan, merawat tali pusat, mengganti popok, memberi ASI dan PASI, juga menjaga kebersihan dan lingkungan yang optimal untuk tumbuh kembang bayi. "Ibu harus percaya diri dan berani merawat bayinya sendiri, karena dari situlah akan terjadi kontak untuk menciptakan bonding antara ibu dan bayi."
Berikut beberapa hal yang menurut Keumala perlu diperhatikan orang tua saat merawat bayi BBLR di rumah:
* Perhatikan suhu
Bayi kecil sangat rentan terhadap perubahan suhu. Jadi sebaiknya ruangan dijaga agar tetap hangat. Jangan lupa beri bayi selimut. Tapi selimut di sini bukan berarti bedong yang diikat sedemikian rupa sehingga membuat bayi tidak bisa bergerak, lo. Cara membedong seperti itu tidak disarankan karena malah akan mengganggu motorik bayi," ujar Keumala.
* Beri minum dengan porsi kecil tapi sering
Tujuannya agar ia dapat memperoleh asupan yang cukup dan aman. "Penyerapan lambung bayi-bayi kecil ada yang toleransinya sudah baik ada juga yang masih lambat. Inilah gunanya memberi porsi kecil tapi sering. Biasanya, setiap 1 - 2 jam sekali bayi perlu diberi susu."
* Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi dapat diberikan sesuai dengan jadwal imunisasi pada bayi yang lahir cukup bulan kecuali jika bayi masih dalam perawatan imunisasi diberikan setelah bayi pulang.
* Lakukan banyak sentuhan
Salah satu yang bisa diterapkan adalah metode kanguru. Dengan cara ini, bayi sebisa dan sesering mungkin dibuat bersentuhan langsung dengan kulit ibu. Manfaatnya banyak sekali. Yang paling utama secara psikologis menjalin kasih sayang antara bayi dan orang tua.
Kegunaan lain: bisa mengurangi depresi dan ketegangan, sehingga bayi merasa aman dan terlindungi, membuat bayi dapat tidur dengan lelap, mengurangi rasa sakit, meningkatkan volume air susu ibu dan meningkatkan berat badan bayi. "Jadi kalau bisa bayi dibawa kemana-mana seperti anak kanguru yang selalu menempel pada induknya. Yang menggendong enggak harus selalu ibu, kok, ayah juga bisa."
* Beri Vitamin
Biasanya vitamin diberikan untuk membantu pertumbuhan yang optimal pada bayi.
Saran Keumala, jika kondisi bayi terlihat memburuk seperti tidak mau minum, suara menangis yang lemah sesak, terlihat lemah, BAB terganggu dan suhu tubuhnya tinggi sebaiknya segera diperiksakan kembali ke dokter atau segera dibawa ke rumah sakit terdekat.
HARUS DIRAWAT, BILA...
Menurut Keumala ada beberapa kasus bayi baru lahir yang tidak boleh segera dibawa pulang ke rumah, seperti:
* Gangguan pernapasan. Salah satu sebabnya bayi menelan air ketuban sehingga masuk ke dalam paru-paru dan mengganggu pernapasannya. Ini tidak hanya dialami bayi BBLR saja tapi juga bayi cukup bulan. Khusus bayi prematur, umumnya gangguan pernapasannya berkaitan dengan organ paru-paru yang belum matang.
* Kasus-¬kasus berat seperti pendarahan otak, kelainan jantung, hipoglikemia (kadar gula rendah) dan lainnya.
* Infeksi. Bayi bisa terkena infeksi saat di jalan lahir atau tertular infeksi ibu melalui plasenta.
* Kejang saat dilahirkan. Biasanya bayi akan dipantau dalam 1 X 24 jam untuk dicari penyebabnya. Misal apa karena ada infeksi sebelum lahir (prenatal), atau karena pendarahan intrakrania, atau karena vitamin B6 yang dikonsumsi ibu.
* Apneu periodik (henti napas), kerap terjadi pada bayi BBLR karena prematuritas. Organ paru-paru dan susunan saraf pusat yang belum sempurna mengakibatkan kadang-kadang bayi berhenti bernapas. Hal ini tentu memerlukan pemantauan dengan saksama.
* Ikterus atau kuning. Jika terjadi di hari pertama dapat dipastikan ada kelainan pada bayi, seperti ketidaksesuaian golongan darah ibu dan bayi. Bila kuning terjadi setelah 5-7 hari sesudah bayi dilahirkan biasanya karena karena fungsi hati yang belum matang sehingga bayi belum bisa mengeluarkan bilirubin. Inilah yang disebut dengan kuning fisiologis.
* Muntah, biasanya ada suatu kelainan di pencernaan bayi yang mungkin juga memerlukan tindakan bedah.
* Diatenis abdomen, kelainan yang berkaitan dengan usus bayi.
* Gangguan elektrolit/gangguan sirkulasi dalam tubuh.























Pada diagnosa keperawatan : Potensial hipotermi, intervensi yang dilakukan
adalah:
a. Keringkan badan bayi segera setelah lahir
b. Bungkus bayi dengan selimut yang hangat (hati-hati dengan ruangan ber AC)
c. Kontak dini kulit
d. Metode kangguru
e. Observasi suhu tubuh bayi dan lingkungan.
f. Dokumentasikan hasil observasi dengan tepat dan jelas
g. Hindari evaporasi, konveksi, radiasi, konduksi, untuk mencegah bayi
kehilangan panas tubuh karena pengaruh lingkungan


Untuk hipotermi, kendati tidak begitu banyak, namun Rahadi menilai patut diwaspadai. Pasalnya, sejumlah bayi kedinginan karena begitu lahir mereka langsung dimandikan, sesuai kebiasaan selama ini. "Untuk mengeliminir terjadinya hipotermi, kini sedang disosialisasikan metode kanguru. Yakni cara agar bayi sesudah lahir tidak kedinginan, dengan langsung didekapkan ke dada sang ibu," lanjutnya.

Amankah Kehamilan Anda?
Kehamilan selalu penuh dengan ancaman. Mulai saat hasil bertemunya sperma dan ovum yang tidak menempel dengan sempurna ke rahim, kemungkinan pertumbuhan janin yang terhambat, berbagai penyakit ibu yang mengancam janin, hingga proses kelahiran yang juga mempunyai risiko tersendiri.
Menurut dr. Botefilia, SpOG Staf Bagian Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit Persahabatan, salah satu penyakit yang sering mengancam kehamilan adalah preeklamsia. Hal ini disebabkan oleh komplikasi preeklamsia yang dapat menyerang berbagai organ di dalam tubuh seperti hati, ginjal, paru-paru, serta otak.
Apa itu preeklampsia?
Preeklampsia adalah kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20 minggu. Yang dimaksud peningkatan tekanan darah adalah saat tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg, atau saat tekanan darah meningkat dari biasanya dengan peningkatan lebih dari 30 mmHg (sistolik) atau lebih dari 15 mmHg (diastolik). Jadi, jika biasanya tekanan darah anda 90/60 mmHg dan pada pemeriksaan berikutnya meningkat menjadi lebih dari 120/80 mmHg, itu berarti anda bisa saja menderita preeklampsia. Selain kriteria tekanan darah, pada preeklamsia ditemukan protein dalam urin (air kencing).
Salah satu teori penyebab terjadinya adalah ketidaksempurnaan implantasi plasenta atau menempelnya plasenta kedinding rahim yang menyebabkan plasenta kekurangan oksigen hingga aliran oksigen ke bayi pun berkurang, jelas Bote. Ketidaksempurnaan plasenta ini terjadi sejak awal kehamilan sehingga dapat menyebabkan terjadinya abortus (keguguran) dan pertumbuhan janin terhambat, selain kemungkinan akan timbulnya preeklampsia di trimester berikutnya atau setelah kehamilan diatas 20 minggu.
Faktor Risiko
Menurut Dr. Bote, beberapa faktor risiko pada preeklamsia antara lain primi gravida (kehamilan pertama kali), usia, obesitas, kehamilan dengan bayi kembar, riwayat hipertensi pada keluarga, serta adanya hipertensi esensial (Hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan), diabetes mellitus, dan penyakit ginjal pada pasien. Penderita lupus juga mempunyai risiko terjadinya preeklamsia, tambah Bote. Preeklamsia juga dapat berulang, sehingga riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya, dapat menjadi faktor risiko.
Gejala
Gejala pereklamsia antara lain bengkak pada tubuh, berat badan meningkat cepat, dan beberapa komplikasi ke organ lain seperti nyeri kepala, serta penglihatan buram. Selain itu, pasien juga dapat merasakan mual, muntah, serta nyeri pada perut sebelah kanan atas.
Pada beberapa kasus, bengkak dapat terlihat sangat dini, sehingga diperlukan sensitivitas yang tinggi dari pemeriksa, apakah bengkak tersebut normal atau mengarah pada preeklamsia. Yang juga perlu diperhatikan, bila ibu hamil tersebut mulai batuk-batuk, tentu saja jika disertai tekanan darah yang tinggi dan proteinuria yang juga positif . Menurut Dr. Botefilia yang juga berpraktek di RSIA Tambak ini, batuk-batuk tersebut dapat bersumber dari udema paru yaitu kondisi dimana terdapat cairan di paru akibat terjadinya kebocoran pada pembuluh darah paru. Karenanya, diperlukan ketelitian dan kewaspadaan penuh pada setiap pemeriksaan kehamilan, terutama jika pasien memiliki faktor risiko.
Deteksi dini
Karena preeklamsia tidak dapat dicegah, yang terpenting adalah bagaimana penyakit ini dapat dideteksi sedini mungkin. Deteksi dini didapatkan dari pemeriksaan tekanan darah secara rutin pada saat pemeriksaan kehamilan (antenatal care). Karena itu pemeriksaan kehamilan rutin mutlak dilakukan agar preeklamsia dapat terdeteksi cepat untuk meminimalisir kemungkinan komplikasi yang lebih fatal. Pemeriksaan tekanan darah harus dilakukan dengan seksama, dan usahakan dilakukan oleh orang yang sama misalnya bidan atau dokter.

Bila Menderita Preeklamsia
Jika anda didiagnosis menderita preeklamsia oleh bidan atau dokter, tidak perlu cemas. Penderita preeklamsia tidak harus dirawat inap di rumah sakit. Jika tekanan darah saat ini 140/90 mmHg, yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan rutin dengan pemantauan ketat terhadap peningkatan tekanan darah. Pemeriksaan ini dapat dilakukan di puskesmas, bidan, ataupun dokter, namun sebaiknya sudah dalam pengawasan dokter spesialis kebidanan dan kandungan anda. Monitor perkembangan bayi melalui USG juga perlu dilakukan untuk memastikan pertumbuhan bayi tidak terhambat. Pada kasus tertentu, dokter akan memberikan obat untuk membantu pengontrolan tekanan darah. Jika tekanan darah diatas 160/100 mmHg dan tidak membaik dengan bantuan obat, berarti anda harus rawat inap di rumah sakit. Hal ini untuk memastikan pemantauan terhadap kehamilan anda berlangsung 24 jam, untuk menghindari terjadinya gangguan organ dan kemungkinan terjadinya eklamsia (kejang). Jika kondisi semakin memburuk, kehamilan harus diterminasi (diakhiri).
Komplikasi
1. Rendahnya aliran darah ke plasenta
Jika plasenta tidak mendapat oksigen yang cukup, maka janin pun akan kekurangan oksigen dan kekurangan gizi, sehingga pertumbuhan bayi terhambat dan dapat lahir dengan berat badan rendah.
1. Lepasnya plasenta dari rahim (Solusio plasentae)
Preeklamsia dapat menyebabkan plasenta lepas dari rahim sehingga terjadi perdarahan hebat yang mengancam nyawa ibu dan janin.
1. Sindroma HELLP
HELLP merupakan singkatan dari hemolisis (pecahnya sel darah merah), meningkatnya enzim hati, serta rendahnya jumlah platelet/trombosit darah . HELLP sindrom dapat secara cepat mengancam kehamilan. Gejalanya antara lain mual, muntah, nyeri kepala, dan nyeri perut bagian kanan atas.
1. Eklamsia
Eklamsia adalah kejang yang disertai dengan tekanan darah tinggi dan terdapat protein pada urin. Merupakan komplikasi preeklampsia yang sangat berat dimana pasien dapat mengalami penurunan kesadaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar