Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh kepada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan.
Hal ini berbeda dengan program kesehatan yang lain, terutama program pengobatan yang dapat langsung memberikan hasil (immediate impact) terhadap penurunan kesakitan.
1. Peranan Pendidikan Kesehatan
Semua ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu kepada H.L. Blum. Dari hasil penelitiannya di Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang sudah maju, Blum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap status kesehatan.
Kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor 2, pelayanan kesehatan dan keturunan mempunyai andil yang paling kecil terhadap status kesehatan. Bagaimana proprorsi pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap status kesehatan di negara-negara berkembang, terutama di Indonesia belum ada penelitian.
Apabila dilakukan penelitian mungkin perilaku mempunyai kontribusi yang lebih besar. Penelitian penulis di Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur tentang status gizi anak balita dengan menggunakan analisis stepwise, terbukti variabel perilaku terseleksi sedangkan variabel pendapatan per kapita (ekonomi) tidak terseleksi. Meskipun variabel ekonomi disini belum mewakili seluruh variabel lingkungan tetapi paling tidak pengaruh perilaku lebih besar daripada variabel-variabel lain.
Selanjutnya Lewrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh 3 faktor pokok yaitu faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor yang mendukung (enabling factors) dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors). Oleh sebab itu pendidikan kesehatan sebagai faktor usaha intervensi perilaku harus diarahkan kepada ketiga faktor pokok tersebut. Lihat bagan hasil modifikasi pendapat Blum dan Green di bawah !
Dari bagan tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga perilaku individu, kelompok atau masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan adalah suatu usaha untuk menyediakan kondisi psikologis dari sasaran agar mereka berperilaku sesuai dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan.
2. Konsep Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau praktek pendidikan. Oleh sebab itu konsep pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan pada bidang kesehatan.
Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.
Konsep ini berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup di dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu, lebih tahu dan sebagainya). Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.
Kegiatan atau proses belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila didalam dirinya terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan sesuatu.
Namun demikian tidak semua perubahan itu terjadi karena belajar saja, misalnya perkembangan anak dari tidak dapat berjalan menjadi dapat berjalan. Perubahan ini terjadi bukan hasil proses belajar tetapi karena proses kematangan.
Dari uraian singkat ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar itu mempunyai ciri-ciri :
belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial. Ciri kedua dari hasil belajar adalah bahwa perubahan tersebut didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama. Ciri ketiga adalah bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dan disadari, bukan karena kebetulan.
Bertitik tolak dari konsep pendidikan tersebut maka konsep pendidikan kesehatan itu juga proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu, dan lain sebagainya.
Berangkat dari konsep pendidikan kesehatan dan bagan di bawah, pendidikan kesehatan didefenisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (perilaku)nya / mereka untuk mencapai kesehatannya / kesehatan mereka secara optimal.
Disamping konsep pendidikan kesehatan tersebut di atas, para ahli pendidikan kesehatan juga telah mencoba membuat batasan tentang pendidikan kesehatan yang berbeda-beda sesuai dengan konsep mereka masing-masing tentang pendidikan. Batasan-batasan yang sering dijadikan acuan antara lain dari Nyswander, Stuart, Green, tim ahli WHO dan lain sebagainya
3. Proses Pendidikan Kesehatan
Seperti telah disebutkan di atas bahwa prinsip pokok pendidikan kesehatan adalah proses belajar. Didalam kegiatan belajar terdapat 3 persoalan pokok, yakni persoalan masukan (input), proses dan persoalan keluaran (output).
Persoalan masukan dalam pendidikan kesehatan adalah menyangkut sasaran belajar (sasaran didik) yaitu individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya.
Persoalan proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan (perilaku) pada diri subjek belajar tersebut. Didalam proses ini terjadi perubahan timbal balik antara berbagai faktor, antara lain : subjek belajar, pengajar (pendidik atau fasilitator), metode & teknik belajar, alat bantu belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari.
Sedangkan keluaran adalah merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan atau perubahan perilaku dari subjek belajar. Proses kegiatan belajar tersebut dapat digambarkan pada bagan di bawah !
Beberapa ahli pendidikan mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ke dalam 4 kelompok besar, yakni faktor materi (bahan belajar), lingkungan, instrumental dan subjek belajar.
Faktor instrumental ini terdiri dari perangkat keras (hardware) seperti perlengkapan belajar dan alat-alat peraga dan perangkat lunak (software) seperti fasilitator belajar, metode belajar, organisasi dan sebagainya. Dalam pendidikan kesehatan subjek belajar ini dapat berupa individu, kelompok atau masyarakat.
4. Keperluan Pendidikan Quantity Surveyor (Qs) Dan Institusi Profesional
Masa depan profesi bergantung pada prasarana pendidikan yang masih belum tersedia, maka hal terpenting dalam pendidikan adalah perlunya didirikan sekolah atau kursus-kursus pendek yang dapat dijadikan prasarana para pekerja yang ada pada konsultan daerah untuk meningkatan pengetahuan mereka sehingga perbedaan tingkat pengetahuan antara surveyor asing dengan daerah dapat disingkatkan.
Di negara maju, jasa QS terus berkembang sehingga lebih efektif dan efisien. Sayangnya di negara berkembang, para surveyor tidak dapat meningkatkan pengetahuan mereka misalnya untuk melanjutkan pendidikan yang hanya tersedia di negara maju saja dan kebanyakan mereka hanya dapat meningkatkan pengetahuan mereka melalui
majalah ataupun jurnal-jurnal. Karena profesi QS ini sudah berperanan di industri pembangunan dan dari penelitian Peli (1999) menyimpulkan bahwa banyak sekali profesi QS di konsultan yang diambil alih oleh ahli lain yang pengetahuan hanya terbatas dan perlu para quantity surveyor tersebut dilatih secara professional. Adanya profesi QS saat ini karena konsultan asing yang memberi sponsor atau bantuan mengaharuskan seorang QS untuk menangani/mengawasi pelaksanaan bantuan tersebut. Karena keterbatasan tenaga QS ini sehingga seolah-olah profesi menjadi kelompok elit dan terkesan tanpa mengikut sertakan tenaga QS lokal yang ada.
Hal ini mungkin kerana tidak terdapatnya tenaga lokal yang berlatar belakang QS dan ini merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian dari berbagi pihak (Waluyo, 1995). Selain itu juga kurangnya keterlibatan para ahli QS tersebut untuk meluangkan waktu mereka dalam pengembangan institusi berkenaan menjadi berdiri sendiri di negara berkenaan tanpa banyak bergantung pada institusi pusat di negara asal institusi ini berada. Kemudian mereka hanya menjadi anggota yang kurang aktif dan banyak diantara
mereka (para quantity surveyor asing) hanya memikirkan kedudukan mereka tanpa mahu membantu tenaga local untuk dapat maju di bidangnya (Alkayat, 1995).
Semua petugas kesehatan telah mengakui bahwa pendidikan kesehatan itu penting untuk menunjang program-program kesehatan yang lain. Akan tetapi pada kenyataannya pengakuan ini tidak didukung oleh kenyataan. Artinya dalam program-program pelayanan kesehatan kurang melibatkan pendidikan kesehatan. Meskipun program itu mungkin telah melibatkan pendidikan kesehatan tetapi kurang memberikan bobot. Argumentasi mereka adalah karena pendidikan kesehatan itu tidak segera dan jelas memperlihatkan hasil.
Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan itu tidak segera membawa manfaat bagi masyarakat dan yang mudah dilihat atau diukur. Hal ini memang benar karena pendidikan adalah merupakan 'behavioral investment' jangka panjang. Hasil investment pendidikan kesehatan baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian. Dalam waktu yang pendek (immediate impact) pendidikan kesehatan hanya menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat. Sedangkan peningkatan pengetahuan saja belum akan berpengaruh langsung terhadap indikator kesehatan.pendidikan kesehatan
WHO merumuskan,bahwa dalam mewujudkan visi dan misi pendidikan/promosi kesehatan secara efektif menggunakan 3 strategi pokok,yakni:
1. Advocacy (advokasi),melakukan pendekatan atau lobbying dengan para pembuat keputusan setempat, agar mereka ini menerima dan commited,dan akhirnya mereka bersedi mengeluarkan kebijakan,atau keputusan-keputusan untuk membantu atau mendukung program tersebut.Dalam pendidikan kesehatan para pembuat keputusn.baik ditingkatpusat maupun daerah,disebut sasan tersier.
2. Social support (dukungan social),melakukan pendekatan dan pelatihan-pelatihan kepada para tokoh masyarakat setempat,baik tokoh masarakat formal maupun informal. Tujuan kegiatan ini dalah agar para tokoh masyarakat setempat mempunyai kemampuan seperti yang diharapkan program,dan selanjutnya dapat membantu menyebarkaninformasi program tau melakukan penyuluha kepada masyarakat.Satu hal yang lebih penting lagi adalalah agar para toma berprilaku positif,yang dapat dipacu atau dicontoh oleh masyarakat.Para tokoh masyarakat ini,baik ditingkat pusat maupun daerah,baik formal maupun informal,merupakan sasaran sekunder pendidikan kesehatan.
3. Empowerment (pemberdayaan masyarakat), petugas kesehatan bersama-sama tokoh masyarakamelakukan kegiatan penyuluhan kesehatan,konseling dan sebagainya,melalui bergagai kesempatan dan media.Tujuan kegiatan ini antara lain meningkatkan pengetahuan,sikap dan perilaku masyarakat untuk hidup sehat.Dangan kata lain memampukan atau memberdayakan masyarakat dalam kesehatan.Masyarakat umum yang menjadi sasaran utama.
Jumat, 09 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar