Jumat, 09 April 2010

ISPA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsure kesejahteraan umum. Hal ini selas digariskan dalam UU RI no. 23 tahun 1992 pasal 3.
Untuk dapat mewujudkan hal tersebut telah disusun pokok-pokok program pembangunan kesehatan yang salah satunya mencakup program penyakit menular dan imunisasi. Pelaksanaan program penyakit infeksi saluran pernafasan akut adalah bagian bagi pembangunan kesehatan dan merupakan upaya yang mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia serta merupakan bagian dari upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit menular.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi saluran pernafasan yang secara anatomi dibedakan menjadi Ispa atas dan Ispa bawah. Program P2-ISPA yang diklasifikasikan ISPA sebagai pneumonia berat, pneumonia dan bukan pneumonia. Pneumonia merupakan bentuk ISPA bawah, dijumpai sekitar 15-20% dari seluruh ISPA.
Menurut WHO, ISPA utamanya pneumonia adalah penyebab utama kematian anak balita di Dunia yang mengakibatkan kematian lebih dari 2 juta anak setiap tahunnya. Hingga 40% anak yang berobat ketempat pelayanan kesehatan menderita ISPA dan beberapa kematian berhubungan dengan penyebab lain, pada dasarnya adalah “ kematian akibat ISPA yang tersembunyi”.
Dirjen pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan (PPM dan PL) Depkes dan Kessos : Umar Fahmi Hacmadi pernah menuturkan bahwa infeksi saluran pernafasan akut merupakan pembubuh utama kematian bayi serta balita di Indonesia. Dikemukakan bahwa sebagian besar kematian dipicuh oleh ISPA bagian bawah (Pneumonia), tapi masyarakat masih awam dengan gangguan kesehatan ini.
Data SKRT 1992 menunjukkan bahwa 25,2% kematian bayi dan 18,2% kematian balita disebabkan oleh ISPA. Pneumonia sebagai penyebab kematian nomor satu pada bayi yaitu sebesar 29,3% dan penyebab kematian nomor dua pada balita yaitu sebesar 15,3%. Data mortalitas SKRT 1995 menunjukkan 20,9% kematian bayi disebabkan pneumonia dan merupakan penyebab kematian nomor 2 sedangkan pada anak balita merupakan penyebab kematian nomor satu yaitu sebesar 21,9%.
Menerur survey kesehatan nasional tahun 2001, penyakit pernafasan masih merupakan penyebab kematian tertinggi pada anak di bawah usia 5 tahun di mana sebagain besar disebabkan oleh pneumonia. Dirjen PPM dan PL memperkirakan kematian akibat pneumonia sebanyak 5 kasus diantara 1000 bayi/balita.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebelumnya bahwa ISPA masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, dimana angka kejadian dan kematian ini masih tinggi sehingga dibuatlah rumusan penilitian untuk mengetahui bagaimana distribusi ISPA pada balita khususnya yang pernah di rawat inap di RSUP. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO Makassar.
C. Batasan Masalah
Pada penelitian ini terbatas pada pengumpulan informasi secara deskriptif mengenai kasus ISPA pada balita di RSUP. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO Makassar. Untuk mengetahui gambaran distribusi ISPA berdasarkan umur, jenis kelamin, berat badan lahir, status gizi, status imunisasi dan social ekonomi keluarga.


D. Tujuan Penelitian
• Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik penderita ISPA pada anak balita yang dirawat inap di RSUP. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO Makassar.
• Tujuan Khusus
Untuk mengetahui distribusi ISPA pada anak balita menurut umur, jenis kelamin, berat badan lahir, status gizi, status imunisasi dan social ekonomi keluarga.
E. Manfaat Penelitian
• Sebagai bahan masukan bagi pengelolah peningkatan pelayanan kesehatan bagi anak balita khususnya RSUP. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO Makassar.
• Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Prov. SUL-SEL dalam rangka penentuan kebijaksanaan dalam usaha menurunkan angka kejadian ISPA pada anak balita pada masa yang akan dating.
• Bagi penulis, sebagai salah satu untuk meningkatkan pengetahuan dan pengembangan diri bagi penulis.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang ISPA
Istilah ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi dari istilah Bahasa Inggris Acute Respiratory Infection (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsure yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut :
(i) Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit
(ii) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah, dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup seluruh pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jarinagn paru-paru) dan organ aadneksa saluran pernafasan.
(iii) Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari di ambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Etiologi ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab antara lain dari genus Stafilakokkus, Streptokokkus, Pneumokokkus, Hemofilus, Bordetella dan Korinobakterium. Virus penyebab antara lain golongan miksovirus, adenovirus, pikonovirus, mikoplasma dan herpes virus.
Berdasarkan lokasi anatomic, diklasifikasikan menjadi ISPA bagianb atas dan ISPA bagian bawah. ISPA bagian atas adalah infeksi akut yang menyerang hidung sampai epiglottis dengan organ dengan organ adneksanya, misalnya rhinitis akut, faringitis akut saluran pernafasan mulai bagian bawah epiglottis sampai alveoli paru, misalnya trakeitis, bronchitis akut, bronkiolitis, pneumonia dan sebagainya.
Menurut para ahli hampir semua kematian akibat ISPA pada anak-anak umumnya adalah ISPA bawah dan hampir semuanya adalah pneumonia. Walupun demikian tidak seluruh ISPA bahwa merupakan penyakit yang serius, contohnya bronchitis secara relative sering dan jarang sekali bersifat fatal. Sedangkan ISPA atas jarang menimbulkan kematian walaupun insidennya jauh lebih tinggi dari pada ISPA bawah.
ISPA dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan balita di Negara berkembang. Sebagian besar hasil penelitian di Negara berkembang. Sebagai besar hasil penelitian di Negara berkembang menujukkan bahwa 20-35% kematian bayi dan anak balita disebabkan oleh ISPA. Diperkirakan bahwa 2-5 juta bayi dan anak balita di berbagai Negara setiap tahun nanti karena ISPA. Dua pertiga dari kematian ini terjadi pada kelompok usia bayi, terutama bayi usia 2 bulan pertama sejak kelahiran.
B. Tinjauan Umum Tentang Gambaran Klinik ISPA
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) bagian atas adalah infeksi akut yang menyerang hidung sampai epiglottis dengan organ adneksanya, misalnya rhinitis akut, faringitis akut, sinusitis akut dan sebagainya. Sedangkan ISPA bagian bawah adalah Infeksi akut saluran penafasan mulai bagian bawah epiglottis sampai alveoli paru, misalnya trakeitis, bronchitis akut, bronkiolitis, pneumonia dan sebagainya.
ISPA bagian atas seperti faringitis akut memberikan gejala-gejala awal berupa demam, malaise, dan anoreksia dengan nyeri tenggorokan. Faringitis akut adalah infeksi akut laring, termasuk tonsillitis dan faringotonsilitis. Keterlibatan faring merupakan bagian dari sebagian besar infeksi saluran pernafasan atas dan juga ditemukan dengan berbagai infeksi menyeluruh akut. Namun pada batas-batas tertentu, faringitis akut menunjuk pada keadaan di mana keterlibatan utama adalah pada tenggorok. Nyeri tenggorokan dapat ada pada mulanya, tetapi yang lebih lazim nyerii mulai timbul sehari setelah gejala-gejala awal muncul. Suara parau, batuk, dan rhinitis juga biasa dijumpai. Pada sepertiga penderita ditemukan pembesaran tonsil, eksudasi, dan eritema faring. Limfadenopati servikal anterior biasanya terjadi awal, dan limfonodi sering nyeri. Demam dapat berlanjut selama 1-4 hari, pada kasus yang amat berat anak dapat tetap sakit selama 2 minggu. Dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan kemerahan difusi pada tonsil dan dinding penyenggah tonsil, dengan bintik-bintik petekhie palatum lunak, dapat juga ditemukan adanya limfadentis atau eksudasi folikuler. Muncul Suara parau, batuk, dan rhinitis juga biasa dijumpai.
C. Klasifikasi Penyakit ISPA
Menurut Rasmaliah (2004), Penyakit ISPA terbagi dalam 2 golongan yaitu:
1. Peneumonia (Infeksi saluran pernafasan bawah)
2. Bukan Pneumonia (Infeksi saluran pernafasan atas)
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing. Pneumonia di dahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik tiba-tiba sampai 39-400C dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis sekira hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, mungkin terdapat bantuk setelah beberapa hari, mula-mula kering kemudian menjadi pruduktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnois dengan pemeriksaan fisik, tetapi dengan adanya nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung, dan sianosis sekitar mulut dan hidung, harus dipikirkan kemungkinan pneumonia. Pada perkusi thoraks sering tidak ditemukan kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengan ronkhi basah nyaring halis atau sedang.
Infeksi saluran pernafasan bawah adalah nama lain dari pneumonia. Terdiri dari beberapa macam yaitu:
a. Pneumonia Viral
Pneumonia yang disebabkan virus biasanya di tandai oleh batuk-batuk kering. Keluhan yang lain sering mengganggu adalah sakit kepala, sakit di otot-otot atau sendi dan kadang-kadang pilek. Pneumonia viral potensial berbahaya oleh karena dapat menyebabkan kegagalan pernafasan serta mungkin terdapat gangguan jangka panjang pada saluran nafas sesudah sembuh.
b. Pneumonia Bakterialis
Pneumonia Bakteririalis adalah suatu peradangan parenkhim paru dengan eksudasi dan konsolidasi, disebabkan oleh mikroorganisme. Ditinjau dari jenis bakteri yang menjadi penyebab infeksi pasien, pneumonia bakterialis terbagi atas 2 macam yaitu :
1. Pneumonia sebab kuman gram positif
Kuman gram positif penyebab pneumonia yaitu : bakteri pneumokokus, dan bakteri stafilakokus.
2. Pneumonia sebab kuman gram negative
Kuman gram positif penyebab pneumonia yaitu : bakteri klebsiela, bakteri hemofilus influenza, dan bakteri pseudomonas ( Sarwono Waspadji, 1990).

Infeksi saluran pernafasan atas digolongkan kedalam penyakit bukan pneumonia (Lidianti, 2007), yang terdiri antara lain :
a. Rhinitis
Rhinitis dapat disebabkan oleh bakteri ataupun virus, tapi lebih banyak rhinitis dikarenakan adanya suatu alergin yang kemudian dapat di ikuti dengan bakteri atau rhinitis allergy atau pilek adalah gejala alergi yang terjadi pada bagian hidung. Umumnya timbul penyakit inii pada musim penghujan karena cuaca dingin.
b. Faringitis
Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. Infeksi saluruan nafas atas akut seperti faringitis merupakan infeksi rongga mulut yang paling sering dijumpai. Radang ini bias disebabkan oleh viris atau kuman, disebabkan daya tahan yang lemah. Dan penyebab tersering adalah virus sehingga pengobatan antibiotic tidak diperlukan.

D. Tinjauan Umum Tentang Faktor-Faktor Resiko ISPA
Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai Negara termasuk Indonesia dan berbagai publikasi ilmiah dilaporkan berbagai factor resiko baik yang meningkatkan kejadian maupun kematian akibat ISPA, diantaranya umur < 2 tahun, laki-laki, gizi kurang, berat badan lahir rendah, imunisasi yang tidak memadai, tingkat sosio ekonomi rendah:
1. Umur
Dari hasil 3 kali SDKI (tahun 1991,1994,1997) menunjukkan pergeseran prevalensi yang paling tinggi kearah kelompok umur yang lebih mudah. Hasil analisis factor reiko membuktikan factor usia merupakan salah satu factor resiko untuk terjadinya kematian pada balita yang sedang menderita pneumonia. Semakin tua usia balita yang sedang menderita pneumonia semakin kecil resiko meninggal dibandingkan balita yang berusia muda, hal ini dikaitkan dengan system imunnya yang belum terbentuk sempurna.
Criteria Objektif : umur penderita pada saat masuk rumah sakit yang tercantum dalam status penderita, dikelompokkan ke dalam kelompok umur < 1 tahun dan 1-5 tahun.
2. Jenis Kelamin
Laki-laki merupakan salah satu factor yang meningkatkan insifden dan kematian akibat ISPA. Bila dihubungkan dengan status gizi, sesuai dengan status gizi, sesuai dengan analisa data Susenas 1998 yang meyatakan bahwa secara umum status gizi balita perempuan lebih baik dibanding balita laki-laki. Perbedaan prevalensi tersebut belum dapat dijelaskan secara pasti, apakah karena factor genetika, perbedaan dalam hal perawatan dan pemberian makanan atau yang lainnya. Sehingga kekurangan gizi dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Criteria objektif : Dibagi atas kategori perempuan dan laki-laki sesuai yang tercantum dalam status penderita.
3. Status Gizi
Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai factor yang penting untuk ISPA. Tinjauan kepustakaan yang pernah dilaporkan oleh Martin (1987) membuktikan tentang adanya hubungan antara gizi buruk dan infeksi paru sehingga anak yang bergizi buruk sering mendapat pneumonia. Kekurangan gizi dapat menurunkan daya tahan tubuh untuk memproduksi antibody. Dengan demikian tingkat imunitas pada anak yang mengalami gangguan gizi akan rendah.
Criteria objektif : Gizi Buruk : < 60% median BB/umur
Gizi Kurang : 60%-69,% median BB/umur
Gizi Sedang : 70%- 79,9% median BB/umur
Gizi Baik : 80%-120% median BB/umur
Gizi Lebih : > 120 % median BB/umur

4. Status Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit untuk meningkatkan kuyalitas hidup. Dari ,ke empat jenis program imunisasi nasional, yaitu BCG, DPT, Polio dan campak, penyakit infeksi saluran pernafasan akut dapat dicegah dengan imunisasi yaitu campak, pertusis, difteri dan tuberculosis anak. Pada analisa SDKI 1994 diperoleh bahwa kasus kesakitan yang tertinggi pada balita yang mendapat lengkap, tidak lengkap dan atau tidak pernah mendapat imunisasi adalah kasus ISPA dan paling di dapatkan pada kelompok yang tidak lengkap imunisasi yaitu kelengkapan imunissasi juga mempengaruhi berat ringannya ,kesakitan atau komplikasi yang mungkin terjadi.
5. Berat badan lahir
Masalah bayi dengan berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gr) sangat penting diperhatikan karena sangat erat berkaitan dengan kelangsungan hidup bayi tersebut selanjutnya. Bayi berat lahir rendah akan meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi infeksi saluran pernafasan, gangguan belajar, masalah prilaku dan lain sebagainya.
Criteria objektif : Berat badan lahir rendah : < 2500 gram
Berat badan lahir normal : 2500-4000 gram
Berat badan lahir lebih : > 4000 gram
6. Sosio ekonomi
Kondisi social ekonomi keluarga merupakan factor penyebab tidak langsung yang merupakan factor penunjang timbulnya masalah status gizi kurang. Kondisi sosio ekonomi yang rendah menyebabkan daya beli masyarakat rehadap bahan makanan maupun untuk membayar pelayanan kesehatan menjadi menurun.
Kritetia objektif : dikelompokkan sesuai dengan pekerjaan yang tercantum dalam status penderita.



BAB III
METODE PENILITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah survey deskriptif. Dengan jenis penelitian dimaksudkan untuk menggambarkan distribusi penderita ISPA pada anak balita menurut umur, jenis kelamin, berat badan lahir, status gizi, status imunisasi dan sosio ekonomi keluarga.
B, Populasi dan Sampel
1. Populasi
Semua status yang menderita ISPA dan dirawat inap di RSUP Dr.WAHIDIN SUDIROHUSODO Makassar, dan terdaftar atau tercatat di rekam medic.
2. Sampel
Semua status balita penderita ISPA yang dirawat inap RSUP Dr.WAHIDIN SUDIROHUSODO Makassar,
C. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data sekunder yang berasal dari status pasien anak balita yang tersimpan di rekam medic RSUP Dr.WAHIDIN SUDIROHUSODO Makassar,

D.Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan data dilakukan secara sederhana dan manual dengan menggunakan kalkulator kemudian disajikan dalam bentuk table disertai penjelasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar